š° Berikan Tiga Contoh Kearifan Lokal Yang Memuat Pengetahuan Lokal
KearifanLokal, Pengetahuan Lokal dan Degradasi Lingkungan KEARIFAN LOKAL, PENGETAHUAN LOKAL DAN DEGRADASI LINGKUNGAN Erwan Baharudin Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Esa Unggul, Jakarta Mahasiswa Pascasarjana Antropologi Universitas Indonesia, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Je
Contohcontoh kearifan lokal di Indonesia yang bisa kamu temukan, di antaranya: Hutan Larangan adat di Riau Kearifan lokal ini berlaku di daerah Riau. Tujuannya, agar masyarakat sekitar bersama-sama melestarikan hutan di daerah tersebut dengan melarang menebang hutan secara liar atau sembarangan. Awig-Awig di Lombok Barat dan Bali
MappaletteBola merupakan kearifan lokal suku bugis, Sulawesi yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas antar masyarakatnya. Kearifan lokal tersebut merupakan tradisi memindahkan rumah yang melibatkan puluhan bahkan ratusan warga kampung.
Artinya pengetahuan lokal merupakan algamasi dari kearifan, pola pikir, dan teknologi sehingga ketiganya tidak valid untuk dipisahkan berdiri sendiri. Pengetahuan lokal dikembangkan melalui proses pengamatan, pengalaman praktik, dan adaptasi terus menerus, diingat dan dikomunikasikan secara verbal, serta di teruskan melalui pewarisan regeneratif.
Diktat Kajian Kearifan Lokal. Silvia Tabah Hati, M.Si, 2020. Jamora Gani Nasution. Download Download PDF. Full PDF Package Download Full PDF Package. This Paper. A short summary of this paper. 36 Full PDFs related to this paper. Read Paper. Download Download PDF. Download Full PDF Package.
lZheOl. - Selama ini, pengertian kearifan lokal sering disampaikan dengan penjelasan dan pemahaman yang beragam. Kearifan lokal kerap pula dihubungkan dengan budaya tradisional. Namun, kearifan lokal sebenarnya mempunyai cakupan yang lebih luas daripada pengetahuan karena kearifan lokal juga berkaitan dengan cara hidup suatu masyarakat yang mencerminkan pengetahuan kebudayaan dan mencakup pula model-model pengelolaan sumber daya akam secara bijaksana dan bertanggung jawab. Identitas atau kepribadian budaya sebuah masyarakat yang menyebabkan mereka bisa menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri, bisa pula disebut dengan Kearifan Lokal. Sementara Muh. Aris Rifai dalam buku Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal 2019 35 menyimpulkan, definisi kearifan lokal adalah sebuah sistem yang mengintegrasikan pengetahuan, budaya, dan kelembagaan serta praktek dalam mengelola sumber daya alam. Dengan demikian, menurut Rifai, kearifan lokal menjadi wujud formasi dari keseluruhan bentuk keyakinan, pengetahuan, pemahaman, wawasan, serta adat kebiasaan atau etika, yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan dalam komunitas ekologis. Adapun buku Kearifan Lokal Petani Kopi Dataran Tinggi Gayo 2020 2, karya Dr. Puspitawati Dkk, yang mengutip penjelasan dari Clifford Geertz, memuat penjelasan bahwa substansi kearifan lokal adalah norma yang berlaku di suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya serta menjadi acuan dalam tindakan maupun perilaku sehari-hari. Maka, kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam dalam artikel berjudul "Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas Keindonesiaan" yang dilansir di laman Kemendikbud, Suyono Suyatno menulis, kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, sekaligus pandangan hidup way of life, yang mengakomodasi kebijaksanaan dan kearifan dalam kehidupan. Contoh Kearifan Lokal di Indonesia Jateng, Jabar, Bali Di Indonesia, kearifan lokal bisa berbentuk nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum, adat, hingga aturan-aturan khusus. Kearifan lokal juga menjadi tradisi budaya, yang bisa menjaga kesimbangan lingkungan serta kelestarian mengutip artikel karya Suyono Suyatno, di Indonesia, kearifan lokal tidak hanya berlaku di sebuah komunitas budaya atau etnik tertentu, melainkan juga sering kali hidup dengan sifat lintas-budaya atau lintas-etnik sehingga membentuk nilai-nilai kebudayaan yang bersifat nasional. Sejumlah contoh nilai-nilai kearifan lokal yang hidup dalam banyak kelompok etnis ataupun suku di Indonesia ialah gotong royong, toleransi, menghormati alam, saling menolong dan lain moral dari kearifan lokal di Indonesia tersebut diajarkan turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan pepatah, peribahasa, cerita rakyat, manuskrip, hingga tradisi. Kearifan lokal juga kerap dikemas dalam bentuk kepercayaan tradisional dan ini, sejumla contoh kearifan lokal yang hingga saat ini masih hidup di tengah masyarakat Provinsi Bali, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. 1. Contoh Kearifan Lokal di BaliSebagai salah satu daerah penghasil padi yang produktif, Bali memiliki sistem irigasi kuno untuk mengairi sawah mereka, yang disebut dengan oleh nilai-nilai kearifan lokal, agama dan budaya; serta dikombinasikan dengan teknik yang kompleks dan prinsip yang mengedepankan kesejahteraan sosial subak, tidak hanya sekedar sistem irigasi, tetapi juga merupakan konsep kehidupan bagi rakyat Bali itu sendiri. Menukil penjelasan di laman Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO KNIU, istilah Subakā berasal dari Bahasa Bali, yang mengacu pada sistem dan kelembagaan sosial yang memiliki aturan-aturan dan ciri khasnya sekaligus merujuk pada adanya asosiasi petani dalam menentukan penggunaan air irigasi untuk menanam padi yang dilakukan secara demokratis dan hierarkis sesuai dengan pembagian peran bagi masing-masing pemilih lahan sawah. Tak hanya itu, banyak pakar pertanian dunia yang sudah mengakui bahwa sistem Subak merupakan prinsip pengelolaan irigasi unggul dan Subak palemahan memiliki fasilitas pokok yang berupa bendungan air pengalapan, parit jelinjing, serta sarana untuk memasukan air ke dalam bidang sawah garapan cakangan. Meskipun pada dasarnya merupakan sistem irigasi, Subak juga dihayati oleh masyarakat Bali sebagai konsep kehidupan, karena merupakan manifestasi langsung dari filosofi yang disebut Tri Hita Karana. Adapun secara bahasa, pengertian Tri Hita Karana adalah tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraanKetiga penyebab yang terkandung dalam sistem Subak ialah Parahyangan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan; Pawongan hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama; dan Palemahan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungan.Kearifan lokal masyarakat Bali tersebut sudah diakui oleh UNESCO sebagai World Cultural Heritage. Sistem Subak dianggap tidak hanya sekadar situs alam berbentuk materi, melainkan juga filosofi luhur yang perlu Contoh Kearifan Lokal di Jawa BaratContoh kearifan lokal di masyarakat Jabar itu diulas di artikel "Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi Bencana dan Aplikasinya sebagai Sumber Pembelajaran IPS Berbasis Nilai," yang dimuat Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 14, No 2, 2014 terbitan LPPM kearifan lokal itu tercermin di bangunan Rumah Bambu, Tata Ruang & Zonasi Penggunaan Lahan dalam Skala Mikro dan Pengelolaan Lahan Secara Ramah ilmiah karya Enok Maryani dan Ahmad Yani tersebut merupakan hasil riset di enam lokasi komunitas adat di Jawa Barat dan lokasi penelitian kearifan lokal itu adalah Desa Pangandaran Pangandaran, Jawa Barat; Kampung Kuta Ciamis, Jawa Barat; Kampung Naga Tasikmalaya, Jabar; Desa Kanekes Lebak, Banten; dan Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi, Jawa Barat.Di antara kearifan lokal yang ditemukan dalam penelitian itu adalah Konsep Leuweung Kolot yang mirip dengan konsep hutan lindung sebagai kawasan yang sama sekali tidak boleh dimasuki. Selain itu ada konsep Leuweung Larangan yang mirip dengan hutan penyangga yaitu hutan yang dilarang dirambah atau dibuka tetapi masih boleh dimasuki dengan seizin para ketua Kanekes, Leuweung Larangan digunakan sebagai lokasi pemahaman para puāun atau ketua adat sehingga menambah kewibawaan lokal di masyarakat Jawa Barat Sunda juga bisa ditemukan di sejumlah dongeng yang mengandung nilai-nilai yang positif untuk membentuk karakter anak-anak. Contoh cerita rakyat yang sering didongengkan kepada anak-anak di masyarakat Sunda misalnya, ialah dongeng sasakala gunung tangkuban parahu, dongeng si kabayan, dongeng kancil dan kura-kura, serta banyak lainnya. Dongeng-dongeng itu mengandung pesan-pesan moral yang bisa dijadikan cerminan anak-anak dalam menjalani hidup, demikian dijelaskan dalam salah satu karya ilmiah terbitan Badan Bahasa, Kemdikbud. Peribahasa yang hidup di masyarakat Sunda Jawa Barat juga banyak yang memuat nilai-nilai kearifan lokal. Sejumlah contohnya diulas artikel ilmiah "Nilai Kearifan Lokal dalam Peribahasan Sunda Kajian Semiotika" karya Siti Kodariah dan Gugun Gunardi yang dimuat Jurnal Patanjala Vol 7, No 1, 2015 terbitan Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat. Contoh kearifan lokal di Jawa Barat itu termuat daam peribahasa "cul dogdog tinggal igel" yang mengandung ajaran moral bahwa orang yang serakah dan lupa diri akan tercela di masyarakat dan dianggap tidak bertanggung kearifan lokal lainnya di peribahasa "nĆ©tĆ© tarajĆ© nincak hambalan" yang mencerminkan kearifan masyarakat Sunda mengenai ketertiban dan kedisiplinan dalam mencapai suatu maksud yang diinginkan. 3. Contoh Kearifan Lokal di Jawa TengahCilacap, Jawa Tengah merupakan salah satu daerah dengan komunitas nelayan yang dianggap terbelakang dan tertinggal. Namun, komunitas nelayan di Cilacap memelihara beberapa tradisi menjadi unsur-unsur penting dalam kebudayaan nasional. Masyarakat di daerah itu memelihara mitologi Ratu Selatan sebagai penjaga pantai selatan Jawa, dan sering pula disebut Nyi Roro Kidul di Yogyakarta. Mitologi Ratu Selatan mengilhami kepercayaan di kalangan nelayan Cilacap pada keyakinan bahwa pada Jumat Kliwon, mereka tidak boleh menangkap ikan agar tetap selamat dan mendapat berkah. Selain itu, kepercayaan ini membuat mereka harus melakukan beberapa tradisi serta pantangan yang harus mereka ini diulas dalam artikel ilmiah "Tradisi Jumat Kliwonan sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan di Kab. Cilacap, Jawa Tengah" karya Bagus Wiranto yang termuat di Jurnal Sabda Vol 13, No 1, 2018 terbitan riset Bagus Wiranto itu menyimpulkan tradisi Jumat Kliwonan di masyarakat nelayan Cilacap, yang sarat akan unsur mistis dan religi, menyimpan banyak nilai-nilai kearifan lokal. Nilai-nilai itu seperti ajaran moral bahwa tidak selamanya manusia harus mengejar duniawi semata tapi juga harus memperhatikan relasi dengan sang pencipta, lingkungan alam dan masyarakat. Contoh kearifan lokal lainnya di Jawa Tengah bisa ditemukan dalam Tradisi Nyadran masyarakat sekitar Situs Liangan, Temanggung. Ritual adat nyadran telah dilaksanakan warga sejak dahulu hingga kini secara turun temurun. Dalam buku Kearifan Lokal Dalam Tradisi Nyadran Masyarakat Sekitar Situs Liangan 2016, dijelaskan bahwa tradisi nyadran di masyarakat sekitar Situs Liangan memuat banyak pesan moral. Tradisi nyadran itu mengajarkan pentingnya rasa syukur pada yang maha kuasa, keselarasan kebutuhan lahir dan batin, serta perekat masyarakat lintas-agama, etnis, dan sosial. Tradisi nyadran tersebut juga meningkatkan solidaritas, kegotongroyongan, dan keguyuban sejumlah daerah Jawa Tengah yang lain, tradisi nyadran juga masih lestari dan digelar secara rutin setiap tahun. - Pendidikan Kontributor Versatile Holiday LadoPenulis Versatile Holiday LadoEditor Addi M Idhom
Web server is down Error code 521 2023-06-13 170818 UTC Host Error What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d6bef51abbc0b63 ⢠Your IP ⢠Performance & security by Cloudflare
- Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang membentuk jati diri suatu bangsa. Kearifan lokal tidak hanya berasal dari daerah di Indonesia. Namun, juga berbagai bidang, contohnya dalam sistem konservasi tanah dan air. Dilansir dari pemakalah utama 4 berjudul Mengangkat Budaya dan Kearifan Lokal dalam Sistem Konservasi Tanah dan Air, secara etimologi kearifan lokal terdiri dari dua kata. Dua kata tersebut adalah kearifan wisdom dan lokal local. Berdasarkan pemahaman dari KBBI lokal berarti setempat. Sementara kearifan, berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, kearifan lokal berarti gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, dan berniat baik. Gagasan-gagasan tersebut tertanam, dan dipatuhi oleh anggota masyarakat. Para ahli mengemukakan beberapa pengertian terkait pengertian lokal. Beberapa pengertian tersebut, pertama dikemukakan oleh seorang penulis dari London yang bernama HG. Quaritch Wales. Menurut Wales, kearifan lokal disebut juga sebagai local genius. Local genius berarti, sejumlah ciri kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat sebagai sebuah akibat dari pengalamannya di masa lalu. Sementara menurut penulis Yunus Abidin, kearifan lokal dipahami sebagai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tertentu. Budaya tersebut ditempatkan pada suatu lokasi tertentu. Tidak hanya itu, budaya juga dianggap mampu bertahan dalam menghadapi arus globalisasi. Lantaran, kearifan lolak tersebut mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai sarana pembangunan karakter bangsa. Bedasarkan dasar hukumnya pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kearifan lokal merupakan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tatanan kehidupan masyarakat. Tujuannya yaitu, untuk melindungi, dan mengelola lingkungan hidup dengan lestari. Dari semua pemahaman sebelumnya, inti dari definisi kearifan lokal yaitu kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang. Aturan-aturan tersebut mesti ditaati dan diwariskan dari generasi ke generasi. Contoh Kearifan Lokal Tanah dan Air dalam Bidang Budaya Kearifan lokal yang berkaitan dengan konservasi air dan tanah dapat berupa nilai-nilai yang diwujudkan dalam praktik ritual, maupun upacara adat. Konservasi tersebut juga dapat diwujudkan dalam bentuk anjuran maupun larangan untuk tidak menggunakan sumberdaya air dan tanah secara berlebihan. Selain itu, konsevasi juga dapat diwujudkan berupa sanksi bagi orang-orang yang melanggar aturan di dalamnya. Berikut ini beberapa contoh praktik budaya dan kearifan lokal di Indonesia 1. Di Jawaa. Pranoto Mongso Berdasarkan bahan bacaan Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 berjudul Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan milik Suhartini Pranoto mongso merupakan aturan waktu musim yang digunakan oleh para tani di pedasaan. Aturan tersebut didasarkan pada naluri dari leluhur, dan dipakai sebagai dasar untuk mengolah pertanian. Maka itu, pranoto mongso memberi arahan kepada petani untuk bercocok tanam dengan cara mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso yang bersangkutan. Sehingga, pemanfaatan tanah oleh petani sifatnya terukur. Meskipun, air dan saluran irigasi sudah tersedia dengan baik. Praktik ini dipercaya dapat menjaga keseimbangan alam. b. Nyabuk GunungNyabuk gunung merupakan praktik bercocok tanam dengan cara membuat teras sawah yang dibentuk menurut garis kontur. Praktik ini umumnya berlangsung di lereng Bukit Sumbing dan Sindoro. Nyabuk gunung adalah suatu wujud konservasi lahan dalam bercocok tanam. Hal itu karena didasarkan pada garis konturnya. Berbeda dengan praktik nyabuk gunung di Dieng yang memotong kontur pada saat bercocok tanam. Memotong kontur dapat mempermudah terjadinya longsor. c. Menganggap Suatu Tempat Keramat Khususnya Pada Pohon Besar Beringin Anggapan tentang tempat keramat cenderung membuat banyak orang tidak merusak tempat tersebut. Sebaliknya, mereka akan memelihara tempat itu. Bahkan, tidak berani untuk membuang sampah sembarangan. Mereka takut jika nanti karma buruk akan diterima di kemudian hari. Misalnya, pada pohon beringin besar. Praktik ini merupakan bentuk konservasi karena dengan memelihara pohon, maka seseorang akan menjaga sumber air. Hal ini disebabkan karena, pohon beringin memiliki akar yang sangat kuat. Dekat lokasi akar pohon yang kuat, biasanya ada sumber air. 2. Di Sulawesi Di Sulawesi terdapat komunitas adat Karampuang. Komunitas adat itu berperan dalam pengelolaan hutan. Mereka meyakini bahwa hutan merupakan bagian dari alam dirinya. Sehingga, untuk menjaga keseimbangan ekosistem, di dalamnya terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua masyarakat. Aturan itu akan dibacakan oleh seorang galla atau pelaksana harian pemerintah adat tradisional sebagai suatu bentuk fatwa adat. Pembacaannya akan dilakukan di hadapan dewan adat dan warga sebagai suatu bentuk peraturan bersama. 3. Di Baduy DalamMasyarakat Baduy meyakini bahwa mereka adalah orang yang pertama yang diciptakan sebagai pengisi dunia dan bertempat tinggal di pusat bumi. Segala gerak laku masyarakat Baduy harus berpedoman kepada buyut yang telah ditentukan dalam bentuk pikukuh karuhun. Tidak ada seorang pun yang berhak dan berkuasa untuk melanggar dan mengubah tatanan kehidupan yang telah ada dan sudah berlaku secara turun menurun. Pikukuh itu harus ditaati oleh masyarakat Baduy dan masyarakat luar yang sedang berkunjung ke Baduy. Peraturan tersebut yaitu Dilarang masuk hutan larangan leuweung kolot untuk menebang pohon, membuka ladang atau mengambil hasil hutan lainnya. Dilarang menebang sembarangan jenis tanaman, misalnya pohon buah-buahan, dan jenis-jenis tertentu. Dilarang menggunakan teknologi kimia, misalnya menggunakan pupuk, obat pemberantas hama penyakit, atau meracuni ikan. Berladang harus sesuai dengan ketentuan adat, dan sebagainya. Contoh Kearifan Lokal Tanah dan Air dalam Bidang Agama Solusi dari permasalahan lingkungan tidak hanya dengan teknologi dan metode ilmiah saja. Solusinya juga bisa dengan kepercayaan yang diajarkan dalam agama. Berikut ini konservasi menurut berbagai ajaran agama di Indonesia 1. Konservasi menurut ajaran Islam Dalam islam terdapat empat konsep yang dipahami sebagai cara untuk membangun pemahaman agama terhadap ekologi atau lingkungan. 1 taskhir penundukan, 2 abd kehambaan, 3 khalifah pemimpin, dan amanah dipercaya. Empat konsep tersebut berdasar dari konsep tujuan penciptaan alam semesta dan manusia. Secara seimbang, pandangan yang komprehensif akan memberikan pengetahuan yang baik pada relasi manusia dan lingkungan dalam kaitannya dengan keseimbangan alam. 2. Konservasi menurut ajaran Kristen dan Katolik Pada tahun 1967, sejarawan Lynn White Jr. mempublikasikan sebuah paper berjudul The Historic Roots of Our Ecological Crisis. Di dalamnya dia membahas tentang masyarakat kristiani yang sangat berhati-hati dalam mengeksploitasi sumber daya alam. Hal itu didasarkan pada Injil yang menyatakan bahwa Tuhan telah mengutus Adam dan Ave untuk menguasai alam āBerhasil melipatgandakan, menundukkan, dan mengisi bumi, serta menguasai ikan-ikan di laut, unggas-unggas di udara, dan semua yang ada di bumiā Terjemahan bebas dari Genesis 128. Sehingga, ajaran Kristen memandang bahwa kerusakan lingkungan hidup sebagai bagian dan wujud dari perilaku manusia yang tidak sejalan dengan tujuan Tuhan menciptakan alam semesta. 3. Konservasi menurut ajaran HinduAjaran-ajaran agama Hindu yang dituangkan ke dalam upacara atau yadnya berlandaskan pada filsafat Tri Hita Kirana THK. THK terdiri dari tiga aspek yang dijalankan dalam kehidupan harmonis berkelanjutan. Pertama, Palemahan, yang mengatur keharmonisan manusia dengan lingkungannya, termasuk lingkungan hayati. Kedua, Parahyangan yang berarti mengatur hubungan manusia dengan Tuhan religius. Ketiga, Pawongan yang berarti mengatur hubungan antara manusia dengan masyarakat aspek sosial kemasyarakatan. Secara filosofis, ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Tidak hanya itu, tiga aspek tersebut juga telah menjadi tradisi komunal yang dimanifestasikan dalam berbagai kegiatan religius. 4. Konservasi menurut ajaran BudhaAgama Budha memandang terdapat hubungan antara kemoralan seseorang dengan kelestarian alam. Hal itu disebabkan karena peristiwa yang terjadi di alam ini saling berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tersebut ada pada terdapat pada komponen-komponen lainnya. Komponen itu tersusun dalam hukum paticcasamuppada. Hal ini berarti bahwa perilaku yang dilakukan oleh manusia sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup, dan lingkungan juga memberikan pengaruh terhadap manusia. Jika manusia merusak lingkungan, maka lingkungan akan memberikan dampak buruk bagi manusia. 5. Konservasi menurut aliran kepercayaan LainSalah satu aliran kepercayaan yang sampai saat ini berkembang di Indonesia adalah Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Komunitas ini lebih sering dikenal dengan Dayak Indramayu. Aliran kepercayaan ini mempunyai pandangan teologis tersendiri yang berbeda dengan agama lain. Mereka meyakini bahwa alam adalah sumber kehidupan, alam menjadi tempat tumbuh, dan matinya semua makhluk hidup termasuk manusia. Alam juga merupakan pencipta kehidupan. Mereka meyakini bahwa manusia lahir dari saripati alam. Sama halnya dengan seorang bayi yang lahir dari pertemuan sel ovum dan sperma kedua orang tuanya. Sel tersebut tercipta dari saripati makanan, dan makanan manusia diperoleh dari alam. Sehingga alam menjadi pusat proses juga Pengertian Kearifan Lokal Fungsi, Karakteristik, dan Ciri-Cirinya Strategi Pemberdayaan Komunitas dan Contoh Berbasis Kearifan Lokal - Pendidikan Kontributor Ega KrisnawatiPenulis Ega KrisnawatiEditor Dhita Koesno
berikan tiga contoh kearifan lokal yang memuat pengetahuan lokal